Bertambahnya berat badan ibu sangat berarti sekali bagi kesehatan ibu dan janin. Pertambahan berat badan ibu merupakan pencerminan dari status gizi ibu hamil. Turhayati, juga berpendapat bahwa pertambahan berat badan selama hamil mempunyai pengaruh cukup besar terhadap berat bayi lahir (nilai p=0,000 dan nilai OR=7,28) hal ini berarti bahwa ibu hamil dengan pertambahan berat badan selama kehamilan < 9 kg berisiko 7 kali lebih besar untuk melahirkan bayi dengan berat lahir kurang (2500-2999) gram. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Susiana, yang menyatakan ada hubungan antara kenaikan berat badan dengan berat bayi lahir dimana p = 0,001. This is because according to Supariasa (2001), in order to measure nutritional status in addition to measuring LILA, there are still other parameters that are used including measuring body weight.īerdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa ibu hamil yang melahirkan bayi berat lahir kurang, terdapat lebih banyak pada ibu yang pertambahan berat badannya kurang yaitu sebesar 62,5%. Therefore, apart from LILA, the need for an assessment of maternal weight gain during pregnancy because it will affect the nutritional needs of both mother and fetus. In addition, in this study only assessing nutritional status of maternal LILA size and weight gain during pregnancy is not a concern so mothers with good nutritional status in terms of measuring LILA, based on the results of this study can also give birth to babies with LBWB of 47.5%. In this study, although there was no statistical relationship between nutritional status and the incidence of LBWB, it was seen from the incidence rate of LBWB more prevalent in respondents with less nutritional status (63.6%) than in good nutritional status (47.5%). The proportion of women of childbearing age (WUS) with SEZ, namely WUS with upper arm circumference (LILA) less than 23.5 cm. In addition, Putri (2015) also stated that there was no significant relationship between Chronic Energy Deficiency (CED) and the incidence of LBWB. The results of this study are in line with the study of Andarbeni's (2013) which showed that there was no relationship between upper arm circumference and birth weight with p = 0.487.
![pengaruh gizi terhadap pertumbuhan dan perkembangan balita pengaruh gizi terhadap pertumbuhan dan perkembangan balita](https://cdn.hellosehat.com/wp-content/uploads/2020/02/masalah-gizi-pada-bayi-e1592516456974.jpg)
The results of logistic regression also showed that fodd consumption and antenatal care have a positive associated on birth weight and length, but no variables significantly associated with the birth weight and lenght (p > 0.05). The results showed that a total of 53.3 to 88.9% of pregnant women have poor levels ( 0.05). The cross-sectional study was done in Bogor Municipality, samples were 45 pregnant women in Bogor Municipality.
![pengaruh gizi terhadap pertumbuhan dan perkembangan balita pengaruh gizi terhadap pertumbuhan dan perkembangan balita](https://mariana.my.id/wp-content/uploads/2016/06/dampak-anak-kurang-gizi.png)
The objectives of the study were to analyze the association between food consumption and antenatal care practices to the maternal nutrtional status and infant weight and length. Disarankan agar ibu vegetarian dapat memperoleh informasi mengenai pentingnya status gizi prahamil, kenaikan berat badan hamil yang optimal, serta menjaga kecukupan asupan protein, vitamin B12, Fe dan Zn selama hamil. Berdasarkan analisis multivariat ditemukan bahwa variabel yang berhubungan dengan berat lahir bayi adalah IMT prahamil, asupan protein, vitamin B12, Fe, Zn, dan jenis kelamin. Tidak ada hubungan antara IMT prahamil dan kenaikan berat badan hamil. IMT prahamil dan kenaikan berat badan hamil berhubungan signifikan dengan berat lahir bayi vegetarian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata IMT prahamil sebesar 20,2 kg/m 2 (☓,2 kg/m 2 ), kenaikan berat badan hamil 15,5 kg (☖,4 kg) dan berat lahir bayi 3212 g (±417,7 g). Sampel adalah 85 anak berumur 1 bulan-5 tahun yang dipilih secara purposive sampling. Penelitian dengan desain retrospektif ini bertujuan mengetahui hubungan antara status gizi ibu hamil vegetarian (indeks masa tubuh/IMT prahamil dan kenaikan berat badan hamil) dengan berat lahir bayi pada kelompok vegetarian di DKI Jakarta. Diet vegetarian dianggap berisiko karena konsumsi makannya yang terbatas dikhawatirkan dapat menyebabkan rawan terjadinya defisiensi zat gizi.
![pengaruh gizi terhadap pertumbuhan dan perkembangan balita pengaruh gizi terhadap pertumbuhan dan perkembangan balita](https://image.slidesharecdn.com/judulktikeperawatan-120913193644-phpapp01/95/judul-kti-keperawatan-22-728.jpg)
![pengaruh gizi terhadap pertumbuhan dan perkembangan balita pengaruh gizi terhadap pertumbuhan dan perkembangan balita](https://cegahstunting.id/wp-content/uploads/2021/02/Grafik-Gizi-Siklus-Kehidupan-04-scaled.jpg)
Berat lahir bayi, khususnya bayi dengan berat badan lahir rendah, merupakan masalah gizi intergenerasi yang akan mempengaruhi kualitas kesehatan sepanjang daur kehidupan seorang manusia.